Tidak selamanya kerajinan kayu, bambu atau keramik menjadi monopoli demi perolehan keindahan dan kecancikan suatu ruangan. Kerajinan kaca pun ternyata bisa menambah keapikan bahkan kemewahan dekorasi sebuah ruang. Dengan berbagai cara, kaca bening dan warna, ketika telah diolah serta dipadukan menjadi sebuah seni kerajinan, dipastikan akan mampu melahirkan daya pikat tersendiri.
AS Sutiman perajin kaca patri dari Solo misalnya, lewat kepintaran dan kekayaan imajinasinya, mampu menjawab tantangan untuk mengisi dekorasi ruangan melalui kerajinan kacanya. Ada banyak produk ciptaannya, semisal lampu gantung, kap lampu duduk, kaca hias, tempat tisu, kotak perhiasan, kotak permen, vas bunga, tatakan gelas, atau baki.
“Saya memulai usaha ini sejak tahun 1998. Itupun awalnya bukan kaca, tetapi dengan bahan baku tempurung dan kerang,” kata AS Sutiman yang ditemui Handicarft Indonesia. Melalui bendera usaha “Aneka Karya Glass” Sutiman memang tergolong kampiun dalam soal desain dari kerajinan kaca . Sampai saat ini, sedikitnya sudah 250 desain diciptakannya, terbagi dalam empat kelompok yakni kerajinan kaca miror, kaca patri, kotak souvenir yang dibingkai dengan kuningan dan lampu gantung.
“Konsumen kami tak terbatas dari sekitar sini. Tetapi datang berasal dari Jakarta, Bali, Bandung, Yogya. Kami juga telah ekspor ke Australia dan Jepang,” kata Sutiman yang memiliki bengkel kerja di daerah Pabelan, Solo. Konsumen umumnya memesan supenir berupa tempat tisu, pigura, vas bunga dan lampu gantung!” lanjutnya. Selama ini Sutiman menggunakan kaca berketebalan antara 3-5 mm, baik lokal maupun impor.
Supenir seperti kotak tisu misalnya, banyak dihiasi dengan lukisan batik atau bunga tulip. Untuk memberi kesan etnik, dipilihlah cat berwana coklat dan merah.. Sementara untuk membuat lampu gantung di samping lis kuningan, digunakan tembaga sebagai penyangga bagian bawah dan penutup bagian atas. Menurut Sutiman, rendah tingginya harga tergantung pada mutu kaca yang digunakannya.
Kaca bening sekarang ini harganya antara Rp 40.000,- hingga – Rp 135.000,-/m2. Sedang kaca warna harganya Rp 65.000,- hingga sekitar Rp 800.000,-/m2. “Saya menjual kerajinan ini antara Rp 15.000,- hingga Rp 6 juta-an. Seperti kaca miror ukuran 80 X 180 cm ini, harganya Rp 5 juta, sebentar lagi akan saya kirim,” ujarnya sambil menunjukkan peti kemasan siap kirim.
Selama jadi perajin, Sutiman merasa bangga karena bisa membuat karya besar berupa lampu gantung berbentuk bola dengan diameter 85 cm dan tinggi 160 cm. Lampu bola dimaksud, menggunakan lima jenis kaca warna, pesanan konsumen dari Jakarta, seharga Rp 3 juta. Sisi utama dari dari kerajinan kaca, katanya, adalah ketelitian dan kecermatan dalam memasang berbagai bahan. Dulu ketika baru memulai usaha, ia mengaku selalu gagal dalam membuat lis kuningan dan memotong kaca, karena tiba-tiba pecah. Tapi sekarang tidak akan pernah terjadi.
Dengan selalu ikut pameran tingkat nasional seperti PPE, Furnicraft dan Inacraft, Sutiman bisa semakin mengetahui selera dan minat pasar. Tak jarang, karya-karya barunya langsung dipilih konsumen. “Seperti lampu gantung dengan kaca bening yang banyak diberi lis kuningan, ternyata banyak disukai pembeli,” aku Sutiman yang pernah malang melintang di Palembang, menekuni kerajinan kerang.
Kini, di bengkel kerjanya Jl. Pabelan II /36, Sutiman dibantu sedikitnya 40 tenaga kerja pria/wanita. Pada jam-jam produksi, hampir pasti bengkel kerja itu menjadi hiruk pikuk oleh suara palu beradu dengan bahan-bahan kuningan dan sejenisnya. Sementara bangunan di bagian depan digunakan untuk memajang berbagai produk yang pernah dihasilkannya. Jenis lampu gantung maupun jenis kaca hias mendominasi ruangan nan lapang itu.
Untuk kaca hias, Sutiman membari nama nama seperti Capricorn, Virgo, Leo, Gemini, Scorpio, Sagitarius, Arunus, Venus, Cancer, Mars dan Aquarius. Kaca hias ini memiliki bentuk berbeda terutama pigura yang membingkainya. Kalau Virgo bentuknya segi empat yang bagian atasnya diberi ukir-ukiran kaca. Sedang Venus bentuknya lonjong. ‘Harga kaca hias dengan bingkai kaca ini harganya di atas Rp 1 juta,” kata Sutiman mengakhiri perbincangan.■
18 Februari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Alhamdulillah, usaha Mas Timan sukses sekarang, saya pernah bergabung bekerja di tempat mas Sutiman ini, beliau sangat low profile & memerhatikan anak buahnya, saya bergabung di pertengahan 1999, kenangan dan wejangan mas Timan masih kuingat sampai sekarang ....Smoga smakin Jaya VAI GLASS...
Posting Komentar