13 Februari 2008

Botol Lukis Motif China ala Wonosobo

Tries dan Botol Lukis Motif China ala Wonosobo

Produk keramik identik dengan China. Khususnya selama setahun belakangan ini, produk keramik maupun mebel asal Negeri Tirai Bambu itu membanjiri pasaran dunia, tak terkecuali Indonesia. Keunikan desain keramik China memang banyak diminati warga di negeri ini. Bahkan, sebagian kelompok masyarakat rela mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk sebuah keramik China yang dipamerkan di pusat-pusat perbelanjaan.

Bayangan akan harga keramik China yang mahal dan hanya bisa dimiliki kalangan atas di negeri ini segera sirna bila Anda berkunjung ke daerah Sambek, Wonosobo. Di sebuah ruangan berukuran sekitar 3 x 4 meter, berderet dengan cantik dan manis keramik China dalam rak pajangan.

Dalam ruangan itu, seorang pria bercelana pendek dan berkaus oblong dengan teliti dan cermat menghias sebuah jambangan kaca transparan hijau. Tangan kanannya memegang sebuah kuas berukuran kecil. Dengan tekun dan cermat, Tries Ponowady (64), pria itu, menggambar hiasan daun teratai di kaca jambangan tersebut.

"Saya dari dulu tertarik dengan seni lukis. Kerajinan lukis botol ini pun saya rintis secara tidak sengaja. Sebagai lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), dunia lukisan sudah tak asing lagi bagi saya," ujar Tries, yang ditemui di kediaman sekaligus bengkel kerjanya, akhir tahun lalu.

Bisnis lukis botol keramik China yang didalami Tries terbilang cukup unik. Ide menyulap botol layaknya keramik China bermula dari usaha cuci cetak foto hitam putih yang ditekuninya setamat ASRI Yogyakarta, tahun 1964. Usaha cuci cetak Tries pada masa itu cukup sukses, namun lama-kelamaan perkembangan teknologi cetak foto yang kian berkembang mulai berimbas pada usahanya.

Pada saat mengamati sejumlah botol cairan kimia di tempat usahanya, tebersit ide Tries untuk menyemprotkan cat putih ke botol tersebut. Keinginannya itu bukan tanpa alasan.

"Waktu itu saya membayangkan sepertinya botol berwarna putih itu akan menarik bila dilukis dengan motif keramik China. Saya melihat media botol bercat putih itu seperti keramik China yang belum dihias. Akhirnya, saya lukis lima botol bercat putih itu dengan motif keramik China, seperti ikan koi, bunga teratai, dan ayam," tutur Tries.

Keisengannya itu tak sia-sia. Pada tahun 1992, ketika Kabupaten Wonosobo mendapat tugas menunggui pameran kerajinan Indonesia di Madrid, Spanyol, Tries diminta ikut memamerkan hasil karyanya. Mendapat pesanan semacam itu, Tries membuat sekitar 45 botol keramik China dan di luar dugaan kerajinan botol lukisnya tersebut direspons positif. Semua botol lukis yang ikut pameran habis terjual.

Tries mengaku cukup terkejut. Sejak itulah ia memutuskan menekuni secara serius bisnis botol lukisnya.

"Saya berpikir usaha ini bisa mendatangkan pemasukan tetap dan bekerjanya tidak terikat aturan apa pun. Berbeda dengan menjadi pegawai negeri sipil yang terikat aturan dan gajinya tidak seberapa," kata Tries, yang juga pernah ikut pameran kerajinan di Belanda pada tahun 1996.

Setia menekuni motif hiasan China juga didasari alasan dan pandangannya yang cukup kuat. Tries memilih motif keramik China karena dari sisi selera pasar secara umum, orang sudah telanjur menyukai motif-motif keramik China daripada motif hiasan Jawa maupun motif hiasan berunsur kedaerahan Indonesia lainnya.

Bila dilihat sepintas, pengerjaan lukisan botol ini tidak sulit dan tidak rumit bagi mereka yang gemar melukis. Namun, bila dicermati lebih jauh, melukis pada media botol seperti yang dilakukan Tries memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi.

Dengan menggunakan cat mobil yang cepat kering, seorang pelukis botol dituntut untuk teliti dan sabar. Kesalahan membubuhkan cat karena tidak sabar bisa menyebabkan cat yang dibubuhkan tidak sesuai dengan garis pola desain.

"Kebanyakan murid yang saya ajari mengaku cukup sulit mempelajari seni botol lukis ini. Kesulitan yang kerap mereka temukan adalah mengikuti pola motif hiasan China, selain sifat cat mobil yang cepat kering," ujarnya.

Tries mengaku botol-botol yang dilukisnya sebagian besar dari botol minuman keras. Bahkan, sejumlah botol dengan bentuk unik didapatkan dari sejumlah pabrik rokok di Jawa Tengah.

Botol-botol bekas minuman keras ini diperolehnya dari sebuah pengumpul botol di kawasan pecinan Semarang. Harga botol bekas ini pun relatif murah. Sebuah botol besar dengan tinggi 40 sentimeter dan diameter 30 sentimeter dibeli seharga Rp 50.000. Botol ukuran besar yang sudah selesai dilukis nantinya dijual dengan harga Rp 400.000.

Meski usaha kerajinan botol lukis milik Tries ini sudah tersohor di kalangan pejabat pemerintahan, sejumlah kendala masih dihadapi Tries. Salah satunya ada pada persoalan pemasaran ke luar Wonosobo. Hingga kini Tries belum memiliki kendaraan niaga. Selama ini untuk pemasaran dan pengiriman pesanan dari luar kota Wonosobo, Tries masih memanfaatkan jasa travel.

"Sampai saat ini saya hanya menitipkan di Hotel Kresna Gallery (hotel bintang empat) dan di pusat penjualan oleh-oleh Dendeng TV Wonosobo. Kalau stok botol yang dipajang di sana habis, baru kami membuatnya lagi," ujar Tries.

Penuturan Tries ini bukan menunjukkan ia tidak mau berusaha keras memperluas jaringan bisnis botol lukisnya. Bagi kakek bercucu empat orang ini, hidup itu mengalir dan dinikmati. Tries termasuk tipe pekerja yang tidak melulu mengejar uang.

"Kalau lagi ingin melukis, ya melukis dari pagi hingga jam dua dini hari. Kalau jenuh, ya memancing," ujarnya tersenyum. (Ni Komang Arianti)

Tidak ada komentar: