18 Februari 2008

Kerajinan Ukir Kaca, Unik dan Menguntungkan

Surabaya – Keterampilan ukir kaca yang digeluti Andi Rifiansyah memang tergolong unik. Berkat kepiawaiannya dalam seni dan keterampilan ukir kaca, menjadi dia sebagai salah satu pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang patut diperhitungkan.
Sejak setahun terakhir ini, Andi bersama istrinya memberanikan diri membuka usaha ukir kaca di rumahnya, Perumtas I Blok K-14/34 Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur. Berbekal keterampilan yang diperolehnya dari kursus di Malaysia, kualitas seni ukir kaca yang dimiliki Andi semakin matang.
“Seni ukir kaca ini menggunakan kaca antipanas atau pireks. Saat ini sudah banyak model yang telah kami buat, baik itu melayani pesanan pelanggan maupun kreasi sendiri,” kata Andi didampingi istrinya, Pujiastuti yang bertindak sebagai pimpinan dari Netha Art & Craft.
Sebenarnya keterampilan seni ukir kaca ini sudah dimiliki Andi sejak tahun ‘90-an. Saat itu ia bekerja di salah satu perusahaan kaca modifikasi di Sidoarjo. Berkat kinerjanya yang bagus, perusahaan tersebut mengirimkan Andi ke Malaysia untuk menempuh kursus ukir kaca selama tiga tahun.
Akhirnya pada tahun 2004 lalu, Andi berhasil lulus kursus dengan membawa sertifikat ahli di bidang ukir kaca. Sayangnya, saat itu perusahaan yang telah mengirimkan dirinya, justru mengalami masalah keuangan sehingga akhirnya ditutup.
“Saat itu saya sempat bingung karena tidak bisa bekerja lagi. Akhirnya kami berpikir untuk membuka galeri seni dan kerajinan sendiri untuk memproduksi dan memasarkan hasil keterampilan ukir kaca ini. Pada tahun 2005 lalu kami mendirikan Netha Art & Craft ini,” kata Pujiastuti.

Pesanan Mengalir
Saat itu, lanjutnya, dengan modal dari hasil sendiri dan pinjaman, mulailah usaha ini dirintis. Bahan-bahan kaca pireks batangan ia datangkan dari Bandung. “Kami mulai membuat berbagai suvenir kecil-kecil. Ternyata saat itu minat masyarakat sangat besar, sehingga kreasi kami laku cukup banyak,” ungkapnya.
Tidak lama kemudian, salah satu perusahaan dan konter alat-alat olahraga menghubungi Pujiastuti untuk memesan trofi yang terbuat dari kaca untuk kejuaran golf. Kontan saja pesanan tersebut ia terima meski harus terlebih dulu membuat berbagai contoh trofi.
“Ternyata dari contoh yang kami buat, mereka tertarik. Saat itu mereka langsung memesan puluhan set trofi (satu set terdiri dari tiga buah trofi) yang di atasnya terukir orang yang sedang memukul bola golf,” paparnya.
Laku dengan harga Rp 700.000 hingga Rp 1 juta untuk tiap set trofi, menjadikan Andi dan Pujiastuti merasa lega. Sebab uang hasil penjualan tersebut bisa digunakan untuk menambah modal. “Dari situ kami akhirnya berhasil mengembangkan usaha ini. Dan konter alat-alat olahraga tersebut sampai kini menjadi pelanggan tetap kami,” tuturnya.
Proses membuat ukiran kaca memang sangat unik. Produk kerajinan tangan yang berasal dari Australia ini memerlukan ketelitian, kesabaran, dan imajinasi yang tinggi. Berkat keahlian dan imajinasi yang tinggi, akan tercipta bentuk-bentuk ukiran kaca yang artistik.
Untuk menciptakan suatu bentuk ukiran, tidak bisa dilakukan melalui cetakan, tetapi langsung diukir dengan menggunakan tangan dan kaca dengan pembakaran pada suhu tinggi. Dengan mudahnya Andi melenggak-lenggokkan batangan kaca pijar itu membentuk suatu ukiran tertentu.
Berbagai produk yang telah diciptakan di antaranya adalah bentuk binatang, orang, dan tumbuhan. Berbagai bentuk kendaraan, seperti mobil, becak, gerobak, kapal laut, kereta api dan sebagainya serta berbagai bentuk trofi juga dibuatnya. Selain itu, berbagai bentuk ornamen sangat indah yang berukuran besar juga diciptakannya.

Sulit Mencari Pekerja
Uniknya seni keterampilan ukir kaca ini membuat Andi dan Pujiatuti merasa kesulitan mencari tambahan tenaga terampil. Akibatnya, banyak pesanan terpaksa mereka tolak karena sudah terlalu banyak pesanan (order) yang masuk.
“Selama ini hanya saya yang melakukan ukiran kayu ini, dan belum ada yang membantu. Kami sudah mencari teman-teman lama yang dulu sama-sama bekerja di perusahaan kaca, ternyata mereka tidak ada kabarnya lagi,” tandasnya.
Karena itu, baik Andi maupun Pujiastuti mulai berpikir akan melakukan training khusus pada kerabat dan sanak saudaranya untuk menekuni seni ukir kaca ini. Jika tidak ada regenerasi, dikhawatirkan seni ukir kaca ini nanti lambat laun akan mati.
“Semakin banyaknya ahli seni ukir kaca di sini, juga akan semakin meningkatkan omzet karena kami tidak akan menolak pesanan lagi,” tambah Pujiastuti yang mengaku pendapatan bersihnya dari penjualan berbagai produk ukir kaca ini rata-rata Rp 10 juta/bulan. n

1 komentar:

Rizki Jaya Diputra mengatakan...

saya bangga hasil kreasi indonesia .... saya pribadi minat untuk bisa melakukan sebisa mungkin. mungkin ini belum aku jalani ,, aku mau tanya kepada saudara / sahabat.. aku berminat untuk buka usaha ukir kaca. mungkin sedikit aku bisa menggambar. gimana caranya aku bisa buka usaha ini....? bisa kah saudara membantu untuk cara buka usaha ini, kira2 besar ngak modal untuk buka usaha ini . terimakasih