18 Februari 2008

Seni kaca patri: Mematri mozaik keindahan abadi

Tak salah rasanya bila orang bijak mengatakan a thing of beauty is a joy forever. Ya, sesuatu yang indah memang akan menjadi kesenangan yang abadi. Sebenarnya, seni kaca patri di Indonesia muncul sejak masa kolonialisme Belanda. Kala itu, seni kaca patri menjadi ornamen penting yang tak terpisahkan dari arsitektur sebuah bangunan. Mulai dari bangunan rumah ibadah, rumah tinggal, museum, hingga perkantoran, stasiun kereta api, istana raja-raja, sebagian besar melekatkan kaca patri sebagai ornamennya.

Di kota-kota seperti Bandung, Surabaya atau Semarang misalnya, seni kaca patri bisa dinikmati di banyak bangunan kuno. Seni kaca patri yang cukup menarik juga bisa dilihat pada lukisan Yesus dan Bunda Maria di backdrop mimbar Gereja St. Paulus di Bandung yang dibangun arsitek ternama C.P. Schoemaker pada 1919. Selain itu di Jakarta, Gereja Katedral juga memiliki ornamen kaca patri yang sangat mengesankan dan masih bisa dinikmati hingga kini.

Namun, setelah zaman kolonialisme Belanda berakhir di era 1930-an, seni kaca patri pun ikut punah dengan sendirinya, karena seniman kaca patri saat itu hampir semuanya adalah orang Belanda yang kembali ke negrinya. Seni kaca patri hilang dan dilupakan orang.

"Di Indonesia Seni kaca patri mati selama setengah abad. yakni sekitar awal 1980-an, seni kaca patri mulai digandrungi lagi di Indonesia, Singapura dan Malaysia, setelah pada 1981 saya mempopulerkan kembali seni kaca patri yang telah lama hilang dan terlupakan, saya sangat mencintai dan mendalami seni kaca patri karena itu hobi saya. Hidup saya sudah terpatri pada kaca patri," ujar Brian Yaputra, maestro seni kaca patri yang juga pemilik Eztu Glass.

Digemari desainer
Tatkala dia memperkenalkan kembali seni kaca patri di awal 1980-an, seketika itu kaca patri mulai digemari banyak desainer di Asia Tenggara, terutama dalam memperkuat dan mengangkat kesan indah pada interior dan eksterior.

Eztu Glass pun tidak lama kemudian memperkenalkan sistem triplon glass atau triple glazed unit, yang merupakan pelapisan panel kaca patri atau panel bevel dengan kaca tempered. Triplon glass ini selain bermanfaat menghemat energi, juga bisa berfungsi sebagai peredam suara bising. Perawatannya pun amat mudah, seperti merawat kaca polos biasa saja.

Teknologi kaca patri terus berkembang. Seiring dengan itu, Eztu Glass juga masuk pada seni pelumeran kaca dari Itali yang lebih dikenal dengan melton glass [pelumeran kaca float] dan moons glass [pelumeran art glass warna-warni].

"Semuanya dilumerkan pada suhu 850 derajat celcius, tekstur dan warna-warni yang dihasilkan sangat luar biasa ayunya," kata Brian.

Memang, dibandingkan kaca patri buatan zaman baheula, seni kaca patri sekarang ini bisa dibuat lebih berseni. Dahulu belum ada rangka seng, tembaga untuk rangka kaca patri. Hal itu menyebabkan panel kaca patri yang dibuat dari timah rada tidak kokoh dan lendut. Sedangkan sekarang, dimana rangka tembaga dan seng bisa diperoleh di pasaran [yang terbaik adalah produk Kanada, AS, dan Korea], desain seni kaca patri semakin bisa mengikuti kemauan hati serta menghasilkan kualitas panel yang amat kokoh.

Penempatan kaca patri
Mengenai penempatan ornamen kaca patri pada sebuah bangunan, Brian mengatakan sekarang ini selain menghiasi bagian-bagian terpenting pada arsitektur tempat peribadatan, perkantoran maupun bangunan komersial, seni kaca patri juga sudah diusung masuk ke rumah tinggal bahkan istana para raja.

Rumah-rumah modern sekarang ini banyak mengadobsi seni kaca patri yang memang dapat lebih mempercantik interior maupun eksteriornya. Kaca patri bisa muncul di pintu utama rumah, jendela, ruang tamu, kamar mandi, bisa berfungsi sebagai partisi atau di langit-langit rumah tinggal atau dikenal sebagai stained glass dome.

"Sedangkan untuk istana, ornamen kaca patri yang digunakan lebih banyak dan lebih variatif, dengan desain yang harus orisinil, warna yang terseleksi ketat " ujar Brian yang juga menggarap seni kaca patri pada Istana Bukit Kayangan milik sultan Brunei Darussalam, State Secretarial Building (Kuching, Sarawak) dan banyak istana milik para Sultan di Malaysia.

Pemilik bangunan lazimnya menempatkan kaca patri menghadap ke arah timur atau barat untuk menghias eksterior, dimana matahari terbit dan terbenam. Sinar matahari yang masuk menembus kaca patri lebih mengentalkan keindahan seni ini. Sinar yang menembus 'menari-nari' didalam kaca, menjadi the dancing light, yang biasnya yang jatuh ke lantai, terpantul indah dan menawan sekali, menjadikan suasana amat damai, khusuk namum menggairahkan.

Bila kaca patri ingin diletakan di dalam ruangan, sebagai partisi misalnya, biasanya kaca patri dipantulkan pada cahaya lampu di baliknya. Kini Eztu Glass menyajikan kaca opalascent yang unik sehingga warna yang pekat dapat lebih menonjol dan terfokuskan, tekstur dan warna kaca tersebut bisa terlihat jelas. Meskipun pada malam hari, warna warni opalascent glass itu akan menonjol keluar. Hal ini pula yang dilakukan Brian pada penggarapan kaca patrinya.

Ratusan karya patri
Bicara mengenai track record Brian dalam dunia seni kaca patri, wajar bila pria ini dijuluki maestro seni kaca patri. Bagaimana tidak. Ratusan karya seni kaca patrinya tersebar di banyak bangunan diseluruh dunia dari Rusia, Eropa, Timur Tengah, Cina, Hongkong, Jepang, Philipina, AS, sampai Australia. Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia merupakan langganan regulernya.

Tak salah bila kaca patri karya Eztu Glass berkali-kali diterbitkan di majalah Stained Glass Association of America dan majalah internasioal lain-lainnya bersama-sama dnegan karya para maestro kaca patri dunia lainya.

Sebagian karya-karya monumental Eztu Glass bisa dijumpai a.l. pada Mesjid Zirjah di Dubai, Islamic Centre, Tg.Priok. Mesjid Bank Indonesia; Gereja GKI Jatinegara, Gereja Korea, Vihara Candi Mendut (Yogyakarta), Kedutaan Rusia (Jakarta), gedung BPPT (Jakarta), The Shanghai Equatorial Hotel (Cina), Bali Hilton Octopusy Discoteque (Nusa Dua, Bali), RS Dharmais (Jakarta), Museum Purna Bhakti Pertiwi (TMII, Jakarta), Semarang Johar Shopping Center (Semarang), Bank BTN (Jakarta), Bumi Serpong Damai Golf & Country Club) dan masih banyak lagi lainnya. Itu belum termasuk rumah-rumah pejabat dan orang terkenal yang minta dibuatkan desain khusus.

Bagi Brian, seni kaca patri merupakan kerajinan tangan yang mesti dikerjakan dengan ketelitian, kehati-hatian dan penuh dedikasi serta kesabaran. "Itu saja tidak cukup. Harus bisa mengaplikasikan ide desain secara pas dan memilih warna yang sesuai dengan keadaan sekelilingnya serta kesukaan pemesannya," katanya.

Selain itu, dalam 'jurus dagang' Brian, pria ini selalu menekankan pentingnya tidak menipu pelanggan. "Jangan ingin menghemat cost lalu menggunakan rangka yang tipis dan kaca yang murah, itu yang sering terjadi. Setelah kecewa, pemesan tidak senang hati, lalu membatalkan pesananya, kita mau bilang apa," tambah Brian.

Satu hal yang ditanamkan kepada desainernya adalah untuk tidak menjiplak karya orang. "Desainer saya selalu saya tekankan harus kreatif dan inovatif. Karya yang dihasilkan juga harus berbeda."

Dalam menekuni usahanya sekaligus lebur dalam dunia seni kaca patri, Brian selalu menganut falsafah pisang, yang selalu melakukan regenerasi. Makanya tidak aneh bila anaknya pun meneruskan usaha kaca patri ini.

"Selain itu, saya juga selalu merasa tertantang dan senang bila harus mendesain kaca patri yang berfilosofi. Umpamanya desain bangau untuk ruangan orang tua, desain rajawali untuk yang harus siaga setiap saat atau desain bunga krisan untuk perlambang kerukunan. Meskipun untuk mendapatkan ilham desain itu akan makan banyak waktu dan tenaga, tetapi bila inspirasi tersalurkan dan hati puas, maka tidak ada yang lebih menyenangkan dari padanya," tutur Brian.


Tak salah rasanya bila orang bijak mengatakan a thing of beauty is a joy forever. Ya, sesuatu yang indah memang akan menjadi kesenangan yang abadi. Sebenarnya, seni kaca patri di Indonesia muncul sejak masa kolonialisme Belanda. Kala itu, seni kaca patri menjadi ornamen penting yang tak terpisahkan dari arsitektur sebuah bangunan. Mulai dari bangunan rumah ibadah, rumah tinggal, museum, hingga perkantoran, stasiun kereta api, istana raja-raja, sebagian besar melekatkan kaca patri sebagai ornamennya.

Di kota-kota seperti Bandung, Surabaya atau Semarang misalnya, seni kaca patri bisa dinikmati di banyak bangunan kuno. Seni kaca patri yang cukup menarik juga bisa dilihat pada lukisan Yesus dan Bunda Maria di backdrop mimbar Gereja St. Paulus di Bandung yang dibangun arsitek ternama C.P. Schoemaker pada 1919. Selain itu di Jakarta, Gereja Katedral juga memiliki ornamen kaca patri yang sangat mengesankan dan masih bisa dinikmati hingga kini.

Namun, setelah zaman kolonialisme Belanda berakhir di era 1930-an, seni kaca patri pun ikut punah dengan sendirinya, karena seniman kaca patri saat itu hampir semuanya adalah orang Belanda yang kembali ke negrinya. Seni kaca patri hilang dan dilupakan orang.

"Di Indonesia Seni kaca patri mati selama setengah abad. yakni sekitar awal 1980-an, seni kaca patri mulai digandrungi lagi di Indonesia, Singapura dan Malaysia, setelah pada 1981 saya mempopulerkan kembali seni kaca patri yang telah lama hilang dan terlupakan, saya sangat mencintai dan mendalami seni kaca patri karena itu hobi saya. Hidup saya sudah terpatri pada kaca patri," ujar Brian Yaputra, maestro seni kaca patri yang juga pemilik Eztu Glass.

Digemari desainer
Tatkala dia memperkenalkan kembali seni kaca patri di awal 1980-an, seketika itu kaca patri mulai digemari banyak desainer di Asia Tenggara, terutama dalam memperkuat dan mengangkat kesan indah pada interior dan eksterior.

Eztu Glass pun tidak lama kemudian memperkenalkan sistem triplon glass atau triple glazed unit, yang merupakan pelapisan panel kaca patri atau panel bevel dengan kaca tempered. Triplon glass ini selain bermanfaat menghemat energi, juga bisa berfungsi sebagai peredam suara bising. Perawatannya pun amat mudah, seperti merawat kaca polos biasa saja.

Teknologi kaca patri terus berkembang. Seiring dengan itu, Eztu Glass juga masuk pada seni pelumeran kaca dari Itali yang lebih dikenal dengan melton glass [pelumeran kaca float] dan moons glass [pelumeran art glass warna-warni].

"Semuanya dilumerkan pada suhu 850 derajat celcius, tekstur dan warna-warni yang dihasilkan sangat luar biasa ayunya," kata Brian.

Memang, dibandingkan kaca patri buatan zaman baheula, seni kaca patri sekarang ini bisa dibuat lebih berseni. Dahulu belum ada rangka seng, tembaga untuk rangka kaca patri. Hal itu menyebabkan panel kaca patri yang dibuat dari timah rada tidak kokoh dan lendut. Sedangkan sekarang, dimana rangka tembaga dan seng bisa diperoleh di pasaran [yang terbaik adalah produk Kanada, AS, dan Korea], desain seni kaca patri semakin bisa mengikuti kemauan hati serta menghasilkan kualitas panel yang amat kokoh.

Penempatan kaca patri
Mengenai penempatan ornamen kaca patri pada sebuah bangunan, Brian mengatakan sekarang ini selain menghiasi bagian-bagian terpenting pada arsitektur tempat peribadatan, perkantoran maupun bangunan komersial, seni kaca patri juga sudah diusung masuk ke rumah tinggal bahkan istana para raja.

Rumah-rumah modern sekarang ini banyak mengadobsi seni kaca patri yang memang dapat lebih mempercantik interior maupun eksteriornya. Kaca patri bisa muncul di pintu utama rumah, jendela, ruang tamu, kamar mandi, bisa berfungsi sebagai partisi atau di langit-langit rumah tinggal atau dikenal sebagai stained glass dome.

"Sedangkan untuk istana, ornamen kaca patri yang digunakan lebih banyak dan lebih variatif, dengan desain yang harus orisinil, warna yang terseleksi ketat " ujar Brian yang juga menggarap seni kaca patri pada Istana Bukit Kayangan milik sultan Brunei Darussalam, State Secretarial Building (Kuching, Sarawak) dan banyak istana milik para Sultan di Malaysia.

Pemilik bangunan lazimnya menempatkan kaca patri menghadap ke arah timur atau barat untuk menghias eksterior, dimana matahari terbit dan terbenam. Sinar matahari yang masuk menembus kaca patri lebih mengentalkan keindahan seni ini. Sinar yang menembus 'menari-nari' didalam kaca, menjadi the dancing light, yang biasnya yang jatuh ke lantai, terpantul indah dan menawan sekali, menjadikan suasana amat damai, khusuk namum menggairahkan.

Bila kaca patri ingin diletakan di dalam ruangan, sebagai partisi misalnya, biasanya kaca patri dipantulkan pada cahaya lampu di baliknya. Kini Eztu Glass menyajikan kaca opalascent yang unik sehingga warna yang pekat dapat lebih menonjol dan terfokuskan, tekstur dan warna kaca tersebut bisa terlihat jelas. Meskipun pada malam hari, warna warni opalascent glass itu akan menonjol keluar. Hal ini pula yang dilakukan Brian pada penggarapan kaca patrinya.

Ratusan karya patri
Bicara mengenai track record Brian dalam dunia seni kaca patri, wajar bila pria ini dijuluki maestro seni kaca patri. Bagaimana tidak. Ratusan karya seni kaca patrinya tersebar di banyak bangunan diseluruh dunia dari Rusia, Eropa, Timur Tengah, Cina, Hongkong, Jepang, Philipina, AS, sampai Australia. Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia merupakan langganan regulernya.

Tak salah bila kaca patri karya Eztu Glass berkali-kali diterbitkan di majalah Stained Glass Association of America dan majalah internasioal lain-lainnya bersama-sama dnegan karya para maestro kaca patri dunia lainya.

Sebagian karya-karya monumental Eztu Glass bisa dijumpai a.l. pada Mesjid Zirjah di Dubai, Islamic Centre, Tg.Priok. Mesjid Bank Indonesia; Gereja GKI Jatinegara, Gereja Korea, Vihara Candi Mendut (Yogyakarta), Kedutaan Rusia (Jakarta), gedung BPPT (Jakarta), The Shanghai Equatorial Hotel (Cina), Bali Hilton Octopusy Discoteque (Nusa Dua, Bali), RS Dharmais (Jakarta), Museum Purna Bhakti Pertiwi (TMII, Jakarta), Semarang Johar Shopping Center (Semarang), Bank BTN (Jakarta), Bumi Serpong Damai Golf & Country Club) dan masih banyak lagi lainnya. Itu belum termasuk rumah-rumah pejabat dan orang terkenal yang minta dibuatkan desain khusus.

Bagi Brian, seni kaca patri merupakan kerajinan tangan yang mesti dikerjakan dengan ketelitian, kehati-hatian dan penuh dedikasi serta kesabaran. "Itu saja tidak cukup. Harus bisa mengaplikasikan ide desain secara pas dan memilih warna yang sesuai dengan keadaan sekelilingnya serta kesukaan pemesannya," katanya.

Selain itu, dalam 'jurus dagang' Brian, pria ini selalu menekankan pentingnya tidak menipu pelanggan. "Jangan ingin menghemat cost lalu menggunakan rangka yang tipis dan kaca yang murah, itu yang sering terjadi. Setelah kecewa, pemesan tidak senang hati, lalu membatalkan pesananya, kita mau bilang apa," tambah Brian.

Satu hal yang ditanamkan kepada desainernya adalah untuk tidak menjiplak karya orang. "Desainer saya selalu saya tekankan harus kreatif dan inovatif. Karya yang dihasilkan juga harus berbeda."

Dalam menekuni usahanya sekaligus lebur dalam dunia seni kaca patri, Brian selalu menganut falsafah pisang, yang selalu melakukan regenerasi. Makanya tidak aneh bila anaknya pun meneruskan usaha kaca patri ini.

"Selain itu, saya juga selalu merasa tertantang dan senang bila harus mendesain kaca patri yang berfilosofi. Umpamanya desain bangau untuk ruangan orang tua, desain rajawali untuk yang harus siaga setiap saat atau desain bunga krisan untuk perlambang kerukunan. Meskipun untuk mendapatkan ilham desain itu akan makan banyak waktu dan tenaga, tetapi bila inspirasi tersalurkan dan hati puas, maka tidak ada yang lebih menyenangkan dari padanya," tutur Brian.

Tidak ada komentar: