24 Februari 2008

Kaca Grafir Samidi Diminati Pembeli Asing

MESKI letaknya di desa jauh dari kota, tempat usaha kaca grafir milik Samidi Budi R didatangi oleh banyak pembeli. Orang mengetahui tempat usaha perajin kaca itu dari mulut ke mulut. Sebagian yang lain memborong produknya setelah melihat-lihat kiosnya di kompleks Toko Gudang Rabat Alfa, Solo Baru.

Di bengkelnya Kampung Gondang RT 03/RW VI, Bakipandeyan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, bapak tiga anak itu memproduksi dan memasarkan sendiri kaca-kaca grafir dan kaca befel (kaca yang bagian pinggirnya dibentuk persegi sehingga tampak lebih tebal dari aslinya-Red).

Dari bahan baku kaca cermin ia bisa membuat meja rias serta kaca ayu atau kaca rias yang bentuknya mirip peninggalan bangsawan zaman dulu.

Selain itu, ia memproduksi kaca patri yang dibentuk menjadi aneka barang. Ada yang dibentuk lampu kamar model duduk, lampu teras model tempel, atau pintu dan jendela.

Dibandingkan dengan kaca grafir produk kaca patri belum begitu banyak. Peminat kaca patri adalah konsumen dalam negeri dan sebagian besar kalangan menengah ke atas.

Dengan hiasan kaca-kaca itu sebuah rumah tampak lebih gagah dan mewah. Namun karena harganya yang tinggi hiasan kaca seperti itu tak banyak dimiliki oleh keluarga biasa.

''Pembeli saya lebih banyak dari luar negeri,'' ujar lelaki yang akan memasuki usia 50 itu.

Sejak 1990 produknya telah sampai luar negeri. Kebanyakan pembelinya dari AS, Australia, dan Inggris. Di samping pelanggan tetap dalam jumlah besar, pembeli lainnya adalah buyers mebel yang datang ke Solo.

Sambil membeli mebel mereka mengisi sela-sela kontainer yang masih kosong untuk diselipi barang-barang dari kaca.

Meskipun hanya memanfaatkan ruang kecil di sela-sela tumpukan mebel, tak jarang nilai kaca grafirnya justru lebih tinggi. Maklum, barangnya tipis dan kecil sehingga tak begitu menyita ruangan.

Modal Rp 1,5 Juta

Usaha tersebut digeluti sejak 1988. Dia yang telah memiliki pengalaman selama lima tahun sebagai tukang grafir kaca coba-coba mendirikan usaha sendiri.

''Dengan modal hanya Rp 1,5 juta saya memberanikan diri memulai usaha,'' tuturnya.

Produknya yang pada awalnya hanya beberapa buah ditawarkan keliling daerah. Selama tujuh tahun keliling secara door to door ternyata produknya diminati.

Keuntungan yang lumayan membuat ia membangun tempat usahanya yang semula berupa gubuk semipermanen menjadi bangunan representatif. Meski hanya berukuran 9 x 41 m2, tempat usahanya sekarang menyerupai pabrik mini.

Di situlah dia memimpin usaha dengan 40 karyawan. Pekerjaan mulai pengadaan bahan baku, pengawasan produksi, hingga pemasaran ditangani sendiri dibantu istri dan anak-anaknya.

''Sekarang omzet saya belum begitu banyak. Sebulan baru sekitar Rp 100 juta,'' jelasnya.

Namanya kaca pasti mudah pecah. Karena itu, semua pekerjanya harus ekstrahati-hati. Kehati-hatian ditanamkan sejak dini sehingga tak pernah terjadi kaca pecah.

Dengan peralatan berupa gerinda yang digerakkan motor 1PK, tenaga-tenaga terampil itu tampak terlatih benar memegang kaca.

Kaca ukuran besar atau kecil digerak-gerakkan di atas gerinda yang berputar. Dalam waktu tak lama terbentuk menjadi kaca dengan hiasan bunga-bunga indah. Di bagian lain, tampak tangan-tangan terlatih mematri kaca warna-warni.

Perpaduan antara potongan kaca warna-warni menjelma menjadi kap-kap lampu indah. Ketika barang itu terkena sinar lampu dari bagian dalamnya, muncul kesan anggun, indah, dan memesona.

Barang-barang kaca grafir harganya Rp 300 ribu hingga jutaan rupiah. Sebuah kaca patri berukuran 48x120 cm harganya Rp 600 ribu. (Subakti A Sidik-53)

Tidak ada komentar: