18 Februari 2008

Kemilau Indah Cahaya Kaca Patri

“RUMAHKU istanaku”. Demikian ujar-ujar bijak yang menggambarkan nyaman dan serasinya tempat tinggal bagi pemiliknya. Sesungguhnya, pemeo ini memiliki makna yang luas. Bukan hanya bentuk fisik melainkan juga suasana hati dan hubungan antar-penghuninya. Namun setidaknya, penampilan fisik rumah dapat mempengaruhi perasaan penghuninya.

Sebagian pemilik rumah melakukan banyak upaya untuk mewujudkan suasana “istanaku”. Bukan hanya arsitektur melainkan juga keserasian dan keindahan interior turut mengambil peran penting. Rumah juga dapat menjadi ajang ekpresi seni pemiliknya. Mulai dari arsitektur, eksterior, hingga interiornya.
Bagian interior yang dimiliki hampir setiap rumah adalah kaca, baik jendela maupun pintu. Fungsi awalnya, sebagai penahan teriknya sinar matahari. Kaca sebagai interior mengambil peranan penting. Karena itu, pemilik rumah sering memberi perhatian lebih pada benda satu ini. Kaca yang biasanya terintegrasi dengan kusennya menawarkan beragam mode dan corak yang memberi keleluasaan pemilik rumah.
Namun bagi sebagian orang, terutama mereka yang berjiwa seni dan memiliki uang lebih, kaca tidak hanya “pembatas” di kusen tetapi telah memiliki peran penting untuk mempercantik rumah.
Kaca Patri --stained glass dalam bahasa Inggris atau glass and lood dalam bahasa Belanda-- merupakan hasil perpaduan seni lukis dan seni patri yang digunakan pada kaca. Kaca yang umumnya berbentuk geometris tertentu, di antaranya segi empat atau lingkaran, dibentuk sedemikian rupa sehingga tampilannya menjadi cantik mengikuti pola tertentu. Pancaran warna yang dihasilkan kaca semakin cantik jika terkena cahaya matahari.
Tidak Sembarang Kaca
DALAM pembuatan kaca patri, Pengelola Srikaton Glassindo Decorative Glass Work, Boy Erwin, mengatakan bahwa tidak sembarang kaca dapat digunakan. Umumnya, bahan kaca patri harus menggunakan kaca impor yang berasal dari Amerika, Taiwan, Jepang, atau sejumlah negara lainnya. Hal ini disebabkan kualitas pencahayaan yang dihasilkan kaca buatan luar ini jauh lebih baik daripada kaca lokal. Ketebalan pun menjadi faktor utama, yakni minimal 7 milimeter.
Sebelum menjadi suatu hasil karya seni, kaca dengan bentuk geometri dipotong kecil-kecil mengikuti pola lukisan seperti yang diinginkan konsumen. Selanjutnya, kaca dipatri atau dirakit satu per satu dengan menggunakan timah atau kuningan. Kemudian, memasuki tahap finishing. “Karena rumitnya pengerjaan, satu jendela biasanya memerlukan waktu sedikitnya satu minggu,” ujarnya.
Pada umumnya, kata Boy, terdapat tiga model kaca patri. Yakni, kaca patri berwarna, kaca patri timah, dan kaca patri bevel.
Motif kaca patri pun beraneka ragam. Motif klasik seperti Victorian hingga motif modern sesuai perkembangan zaman, misalnya motif tumbuhan, tanaman, hewan, dan pemandangan. Bahkan, lewat seni kaca patri ini pun, dapat ditampilkan motif kaligrafi.
Berbagai keunggulan ditawarkan kaca patri. Bentuknya yang memang dapat mempercantik rumah, terutama dengan teknik melapis tiga kaca patri atau istilahnya triple glass. Penggunana kaca patri juga dapat membuat efek pencahayaan ruangan lebih indah, dapat meredam suara, dan tidak memerlukan lagi gorden karena kaca sudah mempercantik ruangan.
“Dan, dari segi keamanan, kaca patri lapis tiga langsung berfungsi menjadi teralis,” ujar manajer Mataram 316 Stained Glass, Hari Wahyudi Winawardhana, SE.
(vanda rosetiati)

Masjid Agung Juga Pakai
SENI patri merupakan seni mematri atau menyambung bagian atau potongan benda dengan menggunakan patri atau timah. Pada awalnya, seni patri ini digunakan di Eropa. Sedangkan di Indonesia, bangunan yang dihias kaca patri adalah gereja peninggalan kolonial.
Namun seiring perkembangan zaman, kaca patri pun mengalami perubahan mode dan fungsi. Selain desain, kehalusan pengerjaan juga mengalami kemajuan.
Khusus untuk Kota Palembang, kaca patri sudah dikenal sejak sekitar tahun 1748, yang dibuktikan dengan adanya beberapa bentuk kaca patri di sejumlah bagian gedung peninggalan kolonial. Di antaranya, Menara Air, yang sekarang menjadi Kantor Walikota Palembang.
“Bahkan, Masjid Agung Palembang pada desain aslinya menggunakan kaca patri di beberapa bagian,” kata Budayawan Palembang, Johan Hanafiah.
Menurut Johan, yang menghias rumahnya dengan kaca patri, motif kaca ini mengandung tingkat seni grafis dan seni lukis yang tinggi. (van)

Tidak ada komentar: