18 Februari 2008

Kaca dan Asal Mulanya

Kaca yang mudah ditemukan dalam kehidupan keseharian, ternyata merupakan material padat pada suhu kamar, sekaligus sebagai sebuah tabir yang dapat menghantarkan cahaya, tetapi sulit menghantarkan udara dan suara. Kaca merupakan benda transparan yang kuat dan secara biologi merupakan bahan yang tidak aktif, sehingga bisa dibentuk menjadi permukaan yang kuat dan licin. Kaca yang kemudian menjadi produk multi guna, terdiri dari unsur silika, yaitu butiran pasir yang mengandung silikon dioksida.

Untuk mencairkan kaca diperlukan suhu sekitar 1400 derajat Celcius. Ini disebabkan karena kaca terdiri dari bahan yang tidak memiliki perubahan garis atomik dalam cahaya. Selain itu, kaca juga mempunyai tingkat gelombang yang lebih besar dibandingkan cahaya dan tak ada sekat yang menyebabkan cahaya terbias sehingga menghalangi pemantulan obyek.

Kaca semula berasal dari material obsidia yang terbentuk dari lava gunung berapi, sebenarnya telah dikenal sejak zaman batu. Menurut salah satu referensi, pembuat kaca pertama adalah bangsa Mesir sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi. Saat itu, kaca digunakan sebagai kemasan barang-barang tembikar dan sejumlah benda lainnya. Pada abad pertama Sebelum Masehi, teknik pembuatannya berkembang dan kaca menjadi lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Di zaman Kekaisaran Romawi sebagian besar produk kaca berbentuk botol dan gelas. Kemudian pada abad ke-12 dibuatlah kaca berwarna dengan cara mencampurkan bahan pewarna berupa oksida logam. Kaca jenis ini kurang begitu berkembang karena tidak digunakan secara luas oleh masyarakat. Pada abad ke-14 pusat pembuatan kaca adalah kota Venice yang berada di Italia. Kota inilah yang banyak melahirkan teknik baru, dan akhirnya produk kaca menjadi komoditas penting, seperti piring, pinggan, mangkuk, cermin, dan barang mewah lainnya.

Kemudian sekitar tahun 1688, proses pengolahan kaca ini menggunakan beberapa cara yang telah dikembangkan, sehingga produk kaca lebih mudah dibuat. Dengan lahirnya mesin pengolah produk kaca pada 1827, produk-produk berbasis kaca bisa dibuat secara massal, harganya pun menjadi lebih murah. Pada pertengahan 1800-an diperkenalkan proses pembuatan kaca mahkota (crown glass process).

Untuk mengubah tekstur kaca biasa, bisa dilakukan dengan campuran bahan lain yang akan mengubah ciri-cirinya. Misalnya, kaca yang dicampur dengan timah hitam akan tampak lebih berkilau, karena indeks pantulannya mengalami peningkatan. Kemudian bila ditambahkan senyawa boron akan memperkuat ciri fisik dan elektriknya sehingga menghasilkan produk kaca yang tahan panas dan disebut dengan pyrec.

Dengan menambahkan senyawa barium juga akan meningkatkan indeks pantulannya. Sementara itu, untuk kaca yang menyerap tenaga infra digunakan campuran serium. Ada pula yang menambahkan campuran logam oksida yang berfungsi mengubah warna kaca. Penambahan kadar soda atau potasium juga menurunkan titik lebur kaca, atau itu digunakan senyawa mangan untuk menghilangkan warna yang tidak dikehendaki.

Berkembang
Kaca berwarna dihasilkan dengan cara mencampur sedikit oksida logam peralihan. Misalnya, oksida mangan akan menghasilkan warna ungu, oksida kuprum dan kromium akan memberikan warna hijau, dan oksida kobalt memberikan warna biru. Soda atau sodium karbonat (Na2CO3) dapat menurunkan titik lebur kaca sampai sekitar 1000 derajat Celcius. Bahkan bahan soda menjadikan kaca mudah larut sehingga untuk mengatasinya harus ditambah dengan kapur (kalsium oksida atau CaO).

Dengan berbagai ciri dan kekhasannya, material kaca dapat diolah menjadi bermacam-macam produk fungsional, seperti peralatan makan dan minum, perkakas rumah tangga, pelengkap interior ruangan hingga sebagai bahan bangunan. Sekarang ini, produk kaca bahkan telah berkembang menjadi barang seni yang berbentuk unik dan menarik.

Barang-barang seni yang dibuat dari kaca, kemudian digolongkan sebagai kreasi kerajinan tangan karena proses pembuatannya menggunakan keahlian manual dari seorang perajin. Produk kaca sebagai barang kerajinan pun semakin beragam bentuk desainnya. Bentuk dasarnya mungkin hanya piring oval, gelas atau vas bunga, namun desain dan aksen dekorasinya dibuat dengan berbagai sentuhan seni yang cantik. Dengan begitu, produk kerajinan kaca semakin diminati danmenjasi komoditas yang menjanjikan.

Kaca yang mudah ditemukan dalam kehidupan keseharian, ternyata merupakan material padat pada suhu kamar, sekaligus sebagai sebuah tabir yang dapat menghantarkan cahaya, tetapi sulit menghantarkan udara dan suara. Kaca merupakan benda transparan yang kuat dan secara biologi merupakan bahan yang tidak aktif, sehingga bisa dibentuk menjadi permukaan yang kuat dan licin. Kaca yang kemudian menjadi produk multi guna, terdiri dari unsur silika, yaitu butiran pasir yang mengandung silikon dioksida.

Untuk mencairkan kaca diperlukan suhu sekitar 1400 derajat Celcius. Ini disebabkan karena kaca terdiri dari bahan yang tidak memiliki perubahan garis atomik dalam cahaya. Selain itu, kaca juga mempunyai tingkat gelombang yang lebih besar dibandingkan cahaya dan tak ada sekat yang menyebabkan cahaya terbias sehingga menghalangi pemantulan obyek.

Kaca semula berasal dari material obsidia yang terbentuk dari lava gunung berapi, sebenarnya telah dikenal sejak zaman batu. Menurut salah satu referensi, pembuat kaca pertama adalah bangsa Mesir sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi. Saat itu, kaca digunakan sebagai kemasan barang-barang tembikar dan sejumlah benda lainnya. Pada abad pertama Sebelum Masehi, teknik pembuatannya berkembang dan kaca menjadi lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Di zaman Kekaisaran Romawi sebagian besar produk kaca berbentuk botol dan gelas. Kemudian pada abad ke-12 dibuatlah kaca berwarna dengan cara mencampurkan bahan pewarna berupa oksida logam. Kaca jenis ini kurang begitu berkembang karena tidak digunakan secara luas oleh masyarakat. Pada abad ke-14 pusat pembuatan kaca adalah kota Venice yang berada di Italia. Kota inilah yang banyak melahirkan teknik baru, dan akhirnya produk kaca menjadi komoditas penting, seperti piring, pinggan, mangkuk, cermin, dan barang mewah lainnya.

Kemudian sekitar tahun 1688, proses pengolahan kaca ini menggunakan beberapa cara yang telah dikembangkan, sehingga produk kaca lebih mudah dibuat. Dengan lahirnya mesin pengolah produk kaca pada 1827, produk-produk berbasis kaca bisa dibuat secara massal, harganya pun menjadi lebih murah. Pada pertengahan 1800-an diperkenalkan proses pembuatan kaca mahkota (crown glass process).

Untuk mengubah tekstur kaca biasa, bisa dilakukan dengan campuran bahan lain yang akan mengubah ciri-cirinya. Misalnya, kaca yang dicampur dengan timah hitam akan tampak lebih berkilau, karena indeks pantulannya mengalami peningkatan. Kemudian bila ditambahkan senyawa boron akan memperkuat ciri fisik dan elektriknya sehingga menghasilkan produk kaca yang tahan panas dan disebut dengan pyrec.

Dengan menambahkan senyawa barium juga akan meningkatkan indeks pantulannya. Sementara itu, untuk kaca yang menyerap tenaga infra digunakan campuran serium. Ada pula yang menambahkan campuran logam oksida yang berfungsi mengubah warna kaca. Penambahan kadar soda atau potasium juga menurunkan titik lebur kaca, atau itu digunakan senyawa mangan untuk menghilangkan warna yang tidak dikehendaki.

Berkembang
Kaca berwarna dihasilkan dengan cara mencampur sedikit oksida logam peralihan. Misalnya, oksida mangan akan menghasilkan warna ungu, oksida kuprum dan kromium akan memberikan warna hijau, dan oksida kobalt memberikan warna biru. Soda atau sodium karbonat (Na2CO3) dapat menurunkan titik lebur kaca sampai sekitar 1000 derajat Celcius. Bahkan bahan soda menjadikan kaca mudah larut sehingga untuk mengatasinya harus ditambah dengan kapur (kalsium oksida atau CaO).

Dengan berbagai ciri dan kekhasannya, material kaca dapat diolah menjadi bermacam-macam produk fungsional, seperti peralatan makan dan minum, perkakas rumah tangga, pelengkap interior ruangan hingga sebagai bahan bangunan. Sekarang ini, produk kaca bahkan telah berkembang menjadi barang seni yang berbentuk unik dan menarik.

Barang-barang seni yang dibuat dari kaca, kemudian digolongkan sebagai kreasi kerajinan tangan karena proses pembuatannya menggunakan keahlian manual dari seorang perajin. Produk kaca sebagai barang kerajinan pun semakin beragam bentuk desainnya. Bentuk dasarnya mungkin hanya piring oval, gelas atau vas bunga, namun desain dan aksen dekorasinya dibuat dengan berbagai sentuhan seni yang cantik. Dengan begitu, produk kerajinan kaca semakin diminati danmenjasi komoditas yang menjanjikan.

Tidak ada komentar: