18 Februari 2008

Uniknya Mebel dan Dekorasi dari Kaca

Kerajinan dari bahan kayu, logam, dan tanah liat, mungkin sudah sering terdengar. Namun, kerajinan kaca barangkali agak jarang. Terutama jika ini dikaitkan dengan penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang Sabtu (16/7) kemarin sudah ditutup. Agaknya, kerajinan kaca baru pada PKB ke-27 kemarin tampil atau diperkenalkan dalam pameran industri kerajinan. Di salah satu sudut stan pameran yang ada di lantai bawah Gedung Ksirarnawa, sebuah perusahaan kerajinan kaca di Bali mencoba memperkenalkan karya-karyanya. Ada yang berupa meja, kembang, sampai dan pot.

KERAJINAN kaca yang dikombinasikan dengan kayu dan cat memang sudah cukup lama dikenal di Bali, antara lain berupa cermin berpigura kayu. Kerajinan seni lukis wayang di atas kaca juga telah ada, meskipun kini sudah langka. Namun kerajinan yang semuanya terbuat dari bahan kaca seperti yang dilakukan oleh pengusaha kerajinan kaca dari Serongga, Gianyar, memang masih relatif baru berkembang di Bali. Pada PKB ke-27 kemarin, hasil kerajinan seperti ini diperkenalkan.

Sebuah perusahaan kerajinan kaca tersebut tak hanya membuat karya berupa gelas-gelas kaca saja, tetapi juga meja dan kursi kaca, mangkok, vas bunga dan pot kaca. Sebagai seni kerajinan yang baru berkembang di Bali, wujud-wujud desain kerajinan kaca ini sudah cukup baik. Pengembangan desain produknya masih bisa dilakukan dengan berbagai kemungkinan kombinasi material, seperti kaca dengan logam, kaca dengan kayu atau rotan, serta dikembangkan ke produk fungsional seperti lampu hias.

Teknologi Industri

Kaca sebagai bahan bangunan maupun untuk mebel dan fungsi dekoratif telah berkembang seiring dengan penemuan-penemuan bahan baru dalam teknologi industri dan ilmu pengetahuan. Kaca sebagai material penunjang bentuk bangunan, mebel dan untuk fungsi hias, terbuat dari bahan pasir kuarsa, kapur dan soda. Bahan-bahan ini lalu dipanaskan atau dilebur sampai pada titik lebur yang tinggi, sehingga jadilah ia sebagai material baru yang disebut kaca.

Kaca ini merupakan material tembus cahaya dan jernih, yang terjadi akibat peleburan pasir kuarsa, kapur, dan soda pada titik lebur yang tinggi. Proses pembuatan kaca yang paling sederhana dan murah adalah dengan sistem yang ditarik. Berdasarkan teknologi dalam ilmu bahan bangunan, proses pembuatan kaca dengan sistem yang ditarik dilakukan pada saat material kaca masih dalam keadaan cair, kemudian ditekan ke luar di atas sekoci dan langsung ditarik oleh rol-rol yang berderet-deret, serta berhadap-hadapan ke arah atas. Rol-rol ini dapat disetel, sehingga ketebal kaca dapat diatur. Proses pembuatan kaca ini adalah proses yang paling murah.

Proses pembuatan kaca yang lain adalah dengan sistem tuang. Sistem tuang ini dilakukan ketika material kaca yang telah cair langsung dituangkan ke dalam talam yang besar dan licin, terbuat dari besi tuang. Tinggi pinggiran talam akan menentukan tebal kaca. Pembuatan kaca ini paling cocok untuk membuat kaca bermotif.

Ada juga proses pembuatan kaca yang diproses dengan cara diapung. Dalam proses ini, cairan kaca mengapung di atas cairan timah selama proses. Tebal kaca ditentukan oleh banyaknya cairan kaca. Hasilnya, berupa kaca bermutu tinggi, dan bisa digunakan untuk kaca cermin dan kaca etalase. Proses pembuatan kaca seperti ini yang paling umum dilakukan karena ukuran lembaran kaca dapat mencapai 3,0 x 7,0 m dan tebalnya 3-21 mm.

Macam dan Motif

Warna dan motif kaca dalam industri ada beberapa macam. Ada kaca yang disebut dengan kaca buram. Kaca buram ini, pelat kacanya dicat dengan bubur tepung, lalu dikerjakan dengan pesawat penyembur pasir atau dengan cara digosok. Kaca ini digunakan untuk jendela dan pintu di toilet atau kamar mandi.

Jenis kaca berwarna, dibuat dengan cara tuangan dengan mencampur zat-zat tertentu (pigmen) yang mengakibatkan kaca berwarna. Sedangkan kaca bunga es, dibuat di atas kaca berwarna atau tak berwarna berupa gambar-gambar serupa dengan bunga es. Cara pembuatannya, kaca dilapisi dengan bubur perekat yang mempunyai daya rekat yang tinggi. Setelah kering dipecahkan kresik pada permukaannya.

Sedangkan kaca bermotif atau kaca mosaik, dibuat gambar perincian menurut rencana umum yang memuat pembagian dan warna, perpotongan dengan ukuran sebenarnya. Dari potongan kaca didapat dadu-dadu dengan ukuran rusuk 1-2 mm. Di atas kaca mosaik direkatkan kertas atau kain lena. Setelah kering, lalu diangkat. Pemasangan mosaik dipakai adukan semen. Setelah selesai atau keras, kain lena kemudian dilepaskan.

Ada juga yang disebut kaca sepuhan, yakni kaca yang permukaannya diperkeras, sehingga jika pecah hancur, akan berbentuk kristal-kristal dan tidak tajam. Lalu ada kaca bertulang yang cara pembuatannya adalah pada waktu menuang kaca cair, kawat logam dimasukkan ke dalam massa kaca cair, sehingga menjadi kaca yang diperkuat.

Jenis kaca lapis terdiri dari dua lapisan atau lebih. Kaca jenis ini dibuat dengan cara mengapung. Di antara masing-masing lembar kaca terisi lapisan seloid atau getah (resin) epoksi. Kaca yang berlapis dua digunakan untuk mobil. Sedangkan kaca yang berlapis majemuk digunakan untuk loket bank antipeluru. Untuk jenis kaca tiruan, sebenarnya tak dapat digolongkan sebagai jenis kaca karena terbuat dari plastik. Namun kaca tiruan bisa digunakan sebagai kaca pengaman, kaca jendela kapal dan kini juga digunakan sebagai kacamata.

Kaca Dekorasi

Seni menghias kaca telah ditemukan pada karya-karya seniman Cina sejak beberapa abad lalu. Konon di Cina, para wanita panggilan ditawarkan kepada para bangsawan dengan lukisan wajahnya di kaca. Menurut Devi Harriman, seorang pelukis kaca di Indonesia, tradisi menghias kaca memang pertama kali diawali di Cina, tetapi kemudian banyak ditemukan pada bentuk-bentuk kesenian bangsa Yugoslavia. Pada awalnya, lukisan-lukisan kaca masih sederhana, tanpa dimensi. Pada perkembangan selanjutnya, ukiran kaca yang lebih menekankan stilasi, banyak dipajang di restoran maupun cafe di Eropa, sebagai dekorasi penyekat ruangan.

Kini, bentuk kesenian menghias kaca ini telah berkembang. Teknik atau kaca-kaca baru pun dikembangkan. Tak hanya melukis dengan kuas dan cat, juga mengukir di atas lempengan kaca yang rapuh.

Menurut Milton Glaser, seorang desainer grafis di Amerika, menghias kaca senantiasa terkait dengan peristiwa kebangkitan kembali seni dekorasi dalam arsitektur dan desain interior. Hal ini merupakan bagian dari siklus klasik dan romantisme, yang selalu berulang dalam perkembangan seni dekorasi. Bentukan dari seni kaca ini adalah stained glass, kaca yang dibentuk dengan kawat timah. Baru kemudian diikuti dengan etching -- menghias kaca dengan air keras. Sedangkan mengukir kaca ialah bentukan paling akhir dari seni menghias kaca.

Di kalangan para pengamat seni, mengukir kaca dianggap sebagai akibat dari kepekaan yang makin meningkat dalam art deco. Art deco, dalam perkembangannya, senantiasa berada dalam suatu tegangan antara hiasan pada permukaan yang rata di satu pihak, dengan permukaan yang tak rata di lain pihak. Seni mengukir kaca termasuk di sini. Namun kaca, bagaimana pun juga tetap merupakan bahan yang bisa pecah. Jika kurang hati-hati merawat atau membuat karya seni di atas kaca, dia akan bisa pecah atau hancur karena tekanan, dorongan dan karena jatuh.

Tidak ada komentar: